Rabu, 22 Maret 2017

Tari Tradisional Maluku

5 Tari Tradisional Maluku | TradisiKita - Provinsi Maluku dikenal dengan destinasti wisata bawah laut yang menawarkan pemandangan bawah laut yang eksotis. Namun jangan salah Sobat Tradisi, selain dianugrahi keistimewaan dan keindahan alamnya, Maluku juga memiliki berbagai kesenian daerah yang bisa dibanggakan. Salah satunya adalah tari tradisional.

Pada kesempatan ini kita akan mengenal beberapa tari tradisional Maluku yang cukup dikenal oleh masyarakat provinsi yang beribukota di Ambon ini.

Baik Sobat Tradisi, berikut adalah daftar tari tradisional Maluku beserta gambar dan penjelasannya :

Tari Tradisional Maluku

Tari Tradisional Maluku ke #1 : Tari Katreji


Tari Katreji termasuk tari pergaulan daerah Maluku yang sering ditampilkan pada acara pelantikan pejabat di Maluku seperti pelantikan Kepala Desa, Bupati maupun Gubernur. Tarian ini dipercaya merupakan salah satu produk akulturasi budaya dari penjajah pada masa lalu (Belanda dan Portugis) serta budaya lokal Maluku.

Perpaduan tersebut masih nampak terdapat dalam aba-aba yang menggunakan bahasa Belanda maupun Portugis serta ragam pola gerak tariannya.

Tari Katreji dari Maluku ini diiringi oleh alat musik modern maupun alat musik tradisional Maluku yang terdiri dari Biola, Ukulele, suling bambu, gitar, tifa dan bas. Walaupun alunan musik yang dihasilkan lebih pada nuansa eropa, namun tarian ini sudah menjadi bagian dari Budaya Provinsi Maluku.

Tari Tradisional Maluku - Tari Katreji
Tari Katreji

Tari Tradisional Maluku ke #2 Tari Orlapei


Tarian  Orlapei adalah tarian tradisional Maluku yang dipertunjukan dalam rangka penyambutan para tamu kehormatan pada acara-acara Desa di Maluku. Tari Orlapei pada umumnya menggambarkan suasana hati yang gembira dari seluruh masyarakat terhadap kedatangan tamu kehormatan di Negeri/Desa-nya, dan menjadi ungkapan Selamat Datang.

Kombinasi pola lantai dan gerak serta rithem musik lebih memperkuat ungkapan betapa seluruh masyarakat Negeri/Desa setempat merasa sangat senang dengan hadirnya tamu kehormatan di Negeri/Desa mereka.

Tarian orlapei menggunakan properti “gaba-gaba” (bagian tangkai dari pohon sagu/rumbia sebagai makanan khas rakyat Maluku, dan dalam dialek Maluku disebut “jaga sagu”) Diiringi alat musik tradisional rakyat Maluku, yaitu : Tifa, Suling Bambu, Ukulele, dan Gitar.


Tari Tradisional Maluku ke #3 Tari Saureka reka

Seperti halnya tari Orlapei, tari Saureka reka menggunakan properti gaba-gaba. Tarian Saureka-reka yang merupakan tari tradisional Maluku ini mirip dengan permainan engklek namun memiliki sedikit perbedaan yaitu apabila dalam permainan tradisional engklek sang pemain harus melompat dan tidak boleh menginjak garis gambar, sedangkan pada tarian saureka-reka, pemain harus melompat menari mengikuti sekaligus menghindari hentakan gaba-gaba yang dimainkan oleh pemain lainnya.
Tari Saureka-reka biasanya terdiri dari 8 orang penari , terdiri dari 4 orang laki-laki yang bertugas menghentakan gaba-gaba dan 4 orang perempuan yang menari diatara gaba-gaba mengikuti irama musik tradisional Maluku yang mengiringi tarian saureka-reka.
Tari Sanureka-reka
Tari Sanureka-reka

Tari Tradisional Maluku ke #4 Tari Cakalele


Cakalele merupakan tarian perang berasal dari Maluku yang dibawakan oleh pria dan wanita secara berpasangan. Tarian yang diiringi musik tifa (drum), suling, dan bia (kerang besar) ini biasanya ditampilkan dalam rangka menyambut tamu atau dalam perayaan adat.

Penari pria mengenakan pakaian yang didominasi warna merah dan kuning sambil membawa parang dan tameng (salawaku). Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya.

Cakalele dari Maluku
Cakalele dari Maluku

Tari Tradisional Maluku ke #5 Tari Lenso


Tarian tradisional ini merupakan tari pergaulan dan sangat identik dengan kaum muda-mudi. Tarian Lenso yang juga sering dipentaskan di Minahasa Sulawesi Utara ini sering dijadikan media untuk mencari pasangan hidup. Oleh sebab itu, Tari Lenso (selendang) sering dipentaskan di keramaian seperti acara penikahan atau tahun baru. Jumlah penarinya biasanya berjumlah 6 sampai 10 orang. Musik pengiringnya antara lain tambur minahasa, suling, kolintang, dan tetengkoren.


Demikian Sobat Tradisi, 5 tari tradisional Maluku yang dapat kita ketahui bersama. Semoga bermanfaat. 
 
sumber: http://www.tradisikita.my.id/2017/02/tari-tradisional-maluku.html
Share:

Tari Tradisional Daerah Riau & Kepulauan Riau

Tari Tradisional Daerah Riau & Kepulauan Riau ~ tradisikita.my.id. Provinsi Riau dan Kepulauan Riau tidak hanya memiliki kekayaan dan keindahan alam yang menjadi daya pikat wisatawan untuk berkunjung ke Provinsi  ini. Provinsi Riau dan Kepulauan Riau juga memiliki kekayaan tradisi dan budaya yang sangat mempesona. Diantara kekayaan tradisi dari Provinsi Riau dan Kepulauan Riau ini adalah tari tradisional. Apa saja tari tradisional daerah Riau dan Kepulauan Riau? Cari infonya dibawah ini :

Riau dan Kepulauan Riau dahulu merupakan satu provinsi, namun Kepulauan Riau akhirnya menjadi provinsi tersendiri yang dikukuhkan berdasarkan Undang - Undang Nomor 25 tahun 2002. Untuk itulah maka dari segi tari-tarian tradisional, kedua provinsi ini memiliki banyak kesamaan. Tari tarian tradisional dari Provinsi Riau dan Kepulauan Riau pada umumnya dipengaruhi oleh kebudayaan suku Melayu. Namun ada beberapa tarian khas yang memang membawa ciri khas daerah Riau/Kepualauan Riau. Dan berikut ini tari tradisional yang berasal dari Provinsi Riau dan Kepulauan Riau :

1. Tari Tradisional Daerah Riau & Kepulauan Riau - Tari Zapin (Dari Kab. Siak Provinsi Riau)


Tari Zapin adalah khazanah tarian rumpun Melayu yang menghibur sekaligus sarat pesan agama dan pendidikan. Tari zapin ini memiliki kaidah dan aturan yang tidak boleh diubah dari masa ke masa namun keindahannya tak lekang begitu saja.

Tarian Zapin ini tumbuh dalam sejarahnya di beberapa tempat seperti Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat (Minang Kabau), Lampung, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bengkulu, dan Jakarta (Betawi). Nama tari zapin sedikit berbeda di berbagai tempat, seperti di Nusa Tenggara dinamai dana-dani, di Kalimantan bernama jepin, di Sulawesi disebut jippeg, di Jawa dinamakan zafin, di Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu disebut dana, lalu di Maluku bernama jepen, serta di Sumatera dan Riau dinamai zapin.

Tari tradisional dari Riau ini diiringi oleh alat musik tradisional Riau yaitu Marwas dan Gambus.  Tari zapin ini mempertontonkan gerak kaki cepat mengikuti hentakan pukulan pada gendang kecil yang disebut marwas. Harmoni ritmik instrumennya semakin merdu dengan alat musik petik gambus. Karena mendapat pengaruh dari Arab, tarian ini memang terasa bersifat edukatif tanpa menghilangkan sisi hiburan. Ada sisipan pesan agama ada  dalam syair lagunya.

Biasanya dalam tariannya dikisahkan keseharian hidup masyarakat melayu seperti gerak meniti batang, pinang kotai, pusar belanak dan lainnya. Awalnya tari zapin hanya ditarikan penari lelaki tetapi seiring dengan perkembangan, penari perempuan juga ditampilkan. Kadang juga tampil penari campuran laki-laki dengan perempuan.

Dahulu tari zapin ditarikan di atas tikar madani dan tikar tersebut tidak boleh bergoyang atau bergeser sedikitpun sewaktu menarikan tari zapin tersebut. Gerak dan ritme tari zapin merupakan media utama untuk mengungkapkan ekspresi penarinya. Darinya Anda dapat meresapi pengalaman kehidupan, peristiwa sejarah, dan keadaan alam yang menjadi sumber gerak dalam tari zapin.

Adapun kostum dan tata rias para penari zapin lelaki mengenakan baju kurung cekak musang dan seluar, songket, plekat, kopiah, dan bros. Sementara untuk penari perempuan berupa baju kurung labuh, kain songket, kain samping, selendang tudung manto, anting-anting, kembang goyang, kalung, serta riasan sanggul lipat pandan dan conget.

2. Tari Tradisional Daerah Riau & Kepulauan Riau - Tari Persembahan (Tari Makan Sirih)

 Pada awalnya tari persembahan di Riau terdiri dari beberapa variasi, namun pada sekitar tahun 1957 tari persembahan ini dibakukan dan lahirlah tari makan sirih. 
Tari Makan Sirih  kini menjadi tari persembahan yang diciptakan oleh seniman-seniman Riau. Sosialisasi Pembakuan Tari Persembahan ini dilakukan dengan tujuan agar dikenal oleh lapisan masyarakat Riau pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Tari Makan Sirih dari Provinsi Riau adalah tarian bertema gembira dan menggunakan gerakan Tari Lenggang Patah Sembilan. Akantetapi, dalam Tari Makan Sirih hanya menggunakan dua gerakan saja, yaitu gerakan lenggang patah sembilan tunggal dan ganda, sedangkan pada Tari Lenggang Patah Sembilan ada tiga bagian gerakan.
Tarian Makan Sirih dari Riau ini diiringi musik khas Melayu yang rancak dengan diiringi pula oleh lagu berjudul Makan Sirih. Adapun kostum yang dilakukan oleh penari Makan sirih memakai busana adat khas Melayu, yakini celana, baju, dan kopiah untuk yang pria. Sedangkan yang perempuan Para penari mengenakan baju yang biasa dipakai mempelai perempuan, yaitu baju adat yang disebut dengan baju kurung teluk belanga. Pada bagian kepala, terdapat mahkota yang dilengkapi dengan hiasan-hiasan berbentuk bunga. Sementara, bagian bawah tubuh para penari dibalut oleh kain songket berwarna cerah.
Tari Makan Sirih dilakukan oleh pria dan wanita. Para  penari Tari Makan Sirih wajib untuk memahami istilah-istilah khusus dalam tarian Melayu. Milsanya igal (menekannkan gerakan tangan dan badan), liuk (gerakan menundukan atau menayunkan badan), lenggang (berjalan sambil menggerakkan tangan), titi batang (berjalan dalam satu garis seolah meniti batang), gentam (menari sambil mengentakkan tumit kaki), cicing (menari sambil berlari kecil), legar (menari sambil berkeliling 180 derajat), dan lain-lainnya.
 
 
Saat pertunjukan, salah satu penari dalam tari persembahan akan membawa kotak yang berisi sirih. Sirih dalam kotak tersebut kemudian dibuka dan tamu yang dianggap agung diberi kesempatan pertama untuk mengambilnya sebagai bentuk penghormatan, kemudian diikuti oleh tamu yang lain. Karenanya, banyak orang yang menyebut tari persembahan Riau dengan sebutan tari makan sirih.

3. Tari Tradisional Daerah Riau & Kepulauan Riau - Tari Malemang (Kab. Bintan)

Tari Melemang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Tanjungpisau Negeri Bentan Penaga, kecamatan Bintan, Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Tari Bintan pada awalnya hanya ditarikan dikalangan istana saja, yaitu tepatnya sejak abad ke 12. Menurut informasi bahwa pada masa lalu tarian ini hanya dipersembahkan bagi Raja ketika sang Raja sedang beristirahat. Karena merupakan tarian istana, tari Melemang ditarikan oleh para dayang kerajaan Bentan. Namun sejak Kerajaan Bentan mengalami keruntuhan, tari Melemang berubah menjadi pertunjukan hiburan rakyat.

Tari Melemang yang merupakan tari tradisional Kepulauan Riau ini dimainkan oleh 14 orang, diantaranya seorang pemain berperan sebagai Raja, seorang berperan sebagai permaisuri, seorang berperan sebagai puteri, empat orang sebagai pemusik, seorang sebagai penyanyi, serta enam orang sebagai penari. Adapun 4 orang yang merupakan pemusik, memainkan musik yang berasal dari beberapa alat musik yaitu kodian (akordion), gong, piul (biola), dan tambur.

Para pemain wanita pada pertunjukan tari Melemang mengenakan baju kurung panjang sebagai atasan dan kain atau sarung panjang sebagai bawahan. Sementara pemain lelaki mengenakan baju kurung panjang sebagai atasan dan celana panjang sebagai bawahan. Sebagai pelengkap kostum, pemain lelaki juga mengenakan topi atau kopiah berwarna hitam

 

4. Tari Tradisional Daerah Riau & Kepulauan Riau - Tari Manggar

 Tari manggar adalah tari yang berasal dari Kota Pekan Baru .Menceritakan mengenai sejarah Kota Pekan Baru,yaitu ditemukannya sebuah kota yang bernama Sena yang kini dikenal dengan Senapelan.

5. Tari Tradisional Daerah Riau & Kepulauan Riau - Tari Mak Yong

Mak Yong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih digemari dan sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional. Di zaman dulu, pertunjukan mak yong diadakan orang desa di pematang sawah selesai panen padi

Pertunjukan mak yong dibawakan kelompok penari dan pemusik profesional yang menggabungkan berbagai unsur upacara keagamaan, sandiwara, tari, musik dengan vokal atau instrumental, dan naskah yang sederhana. Tokoh utama pria dan wanita keduanya dibawakan oleh penari wanita. Tokoh-tokoh lain yang muncul dalam cerita misalnya pelawak, dewa, jin, pegawai istana, dan binatang. Pertunjukan mak yong diiringi alat musik seperti rebab, gendang, dan tetawak.

Di Indonesia sendiri tari Mak Yong berkembang dari Riau, Lingga, yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Johor. Perbedaan dengan Mak Yong di daerah Kelantan yang tidak menggunakan topeng, Mak Yong di Batam dan Bintan menggunakan topeng untuk sebagian karakter dayang Raja, Puteri, penjahat, setan, dan semangat, sama seperti yang dipraktekan di Nara Yala. Pada akhir abad lalu, Mak Yong bukan saja menjadi pertunjukan harian, tetapi juga sebagai adat istiadat raja memerintah.

Ada berbagai pendapat mengenai asal usul Makyong di Kepulauan Riau, antara lain pendapat hasil rumusan Diskusi Teater Tradisional yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta bersama Direktorat Pembinaan Kesenian pada tanggal 13 Desember 1975. Dari pendapat itu tidak dapat diketahui dengan pasti kapan Makyong sampai ke Riau, karena Makyong berkembang menurut situasi dan kondisi setempat, dan akhirnya menjadi sebuah pertunjukan yang mendarah daging bagi penduduk setempat. Sebuah sumber mengemukakan bahwa Makyong sudah sampai ke Malaka dan Siak pada tahun 1920. Padahal berdasarkan keterangan yang dikemukakan orang-orang tua di Mantang (tempat teater ini berkembang pesat di Kepulauan Riau) disimpulkan bahwa Makyong telah ada di Riau hampir seabad yang lalu. Kalau hal ini benar, maka Makyong lebih dulu sampai ke Riau, baru ke Sumatera Utara, yang tercatat terjadi pada tahun 1896 pada saat Kerajaan Serdang diperintah Sultan Sulaiman.

Demikian Sobat 5 buah tari tradisional dari Daerah Riau dan Kepulauan Riau, semoga bermanfaat.

sumber :  http://www.tradisikita.my.id/2016/02/tari-tradisional-daerah-riau-kepulauan.html

Share:

4 Tarian Tradisional Kepulauan Bangka Belitung

Tarian Tradisional Kepulauan Bangka Belitung | tradisikita.my.id - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau sering disingkat menjadi Babel, adalah salah satu provinsi di Sumatera yang memiliki 470 buah Pulau. Karena itulah maka provinsi ini menyandang kata Kepulauan. Dari 470 Pulau tersebut, hanya ada 50 Pulau yang berpenghuni yang terdiri dari 2 pulau terbesar yang utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Masyarakat Bangka Belitung mayoritas adalah suku adat Melayu (75%) sisanya terdiri dari suku Tionghoa, Jawa dan Madura. Dengan mayoritas masyarakatnya yang melayu, maka tidak heran jika memiliki ciri khas budaya seperti halnya provinsi lain di Sumatera, termasuk seni tari atau tarian tradisional.

Tarian daerah Indonesia memang sangat beraneka ragam, bahkan dari satu provinsi saja bisa memiliki puluhan tarian daerah. Tidak terkecuali dengan Provinsi Kepualauan Bangka Belitung. Apa saja tari-tarian tradisional dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini? Simak penjelasan dibawah ini ya Sob..

1. Tari Tradisional Kepulauan Bangka Belitung -Tari Sepen


Tari Sepen merupakan tarian tradisional dari Kepulauan Bangka Belitung yang biasanya dibawakan untuk menyambut tamu tamu kehormatan yang datang ke Bangka Belitung. Tari sepen sangat kental akan budaya melayu, mulai dari gerakan tari yang mengandung unsur gerak pencak silat, kostum atau baju tradisional yang digunakan penari, sampai dengan musik pengiring yang memang bernuansa melayu.

Adapun gerakan yang ada pada tari sepen ini mementingkan kelincahan pada gerakan tangan dan kaki. Tarian ini didominasi oleh gerakan tepuk tangan yang diselaraskan oleh alunan musik pengiring. Selain itu formasi penari yang sering berpindah-pindah namun tetap terlihat rapi sehingga menghasilkan gerakan yang indah.

Dalam pertunjukan Tari Sepen biasanya dimainkan oleh beberapa penari wanita secara berpasang-pasang. Namun ada juga yang menampilkan penari pria yang berpasangan dengan wanita

2. Tari Tradisional Kepulauan Bangka Belitung -Tari Men Sahang Lah Mirah

Tari Men Sahang Lah Mirang adalah tarian tradisional dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang menggambarkan suka ria masyarakat Bangka Belitung yang sedang memetik hasil panen berupa lada putih (sahang). Dalam melakukan panen sahang tersebut, masyarakat Bangka Belitung selalu memanjatkan puji dan syukur pada Yang Maha Pencipta alam semesta ini.

3. Tari Tradisional Kepulauan Bangka Belitung -Tari Campak 

Tari Campak adalah tari tradisi dari daerah Kepulauan Bangka Belitung. Seperti halnya tari sepen, tarian Campak menggambarkan kecerian dan pergaulan muda mudi di Bangka Belitung. Tarian Campak ini biasanya dibawakan oleh penari pria dan wanita dengan ekpresi kegembiraan. 

Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Campak ini awalnya berasal dari kepulauan Riau. Kemudian dibawa dan dikembangkan di Bangka Belitung oleh seorang bernama Nek Campak, sehingga tarian ini dikenal dan sering disebut Tari Campak. Pada jaman penjajahan bangsa portugis, tarian ini kemudian mengalami akulturasi budaya. Percampuran budaya ini sangat terlihat dari gerakan, kostumnya, dan musik pengiringnya yang memiliki kesan gaya Eropa. Walaupun begitu, budaya lokal juga masih melekat pada tarian ini, hal ini terlihat pada kostum penari pria, alunan pantun dan beberapa musik pengiringnya yang merupakan gaya Melayu.

Tari Campak diiringi musik pengiring yang dibunyikan dari alat musik tradisional antara lain kendang dan gong. Selain alat musik tradisional, alat musik seperti akordion dan biola juga berakulturasi menjadi musik harmonis yang mengiringi tarian ini

Kostum yang digunakan oleh para penari Tari Campak ini juga merupakan perpaduan budaya Melayu dan budaya Eropa. Penari wanita menggunakan pakaian yang sangat kental akan gaya busana Eropa seperti gaun panjang dan sepatu hak tinggi. Sedangkan penari pria sangat kental akan gaya busana Melayu seperti kemeja, celana panjang, peci, dan selendang.

Tari Campak ini banyak dibawakan pada acara pernikahan, penyambutan tamu dan acara lainnya yang dilakukan oleh masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

 

4. Tari Tradisional Kepulauan Bangka Belitung -Tari Beripat

 Apabila dilihat dari pertunjukannya tari ini lebih mendekati pertunjukan adu ketangkasan. Namun karena dalam gerakannya menggunakan gerakan-gerakan tari, maka pertunjukan kesenian dari Kepulauan Bangka Belitung ini dikenal dengan tari Beripat.
Tari Beripat ini merupakan seni pertunjukan ketangkasan yang dilakukan oleh dua orang yang membawa properti berupa rotan. Para penari laki-laki yang hanya memakai celana panjang ini berusaha untuk memukulkan rotan ke arah punggung lawannya. Siapa yang mendapati luka punggung paling sedikit maka dialah yang dinyatakan sebagai pemenang.
 
Demikian Sobat tradisi, 4 tarian tradisional Kepulauan Bangka Belitung, semoga menambah wawasan Sobat dalam bidang seni tari /tari daerah dari seluruh Indonesia.
 
sumber :  http://www.tradisikita.my.id/2016/03/4-tarian-tradisional-kepulauan-bangka.html
Share:

3 Tari Tradisional Gorontalo

3 Tari Tradisional Gorontalo | tradisikita.my.id.- Provinsi Gorontalo sebagian besar terdiri dari daerah pegunungan yang membentang dari utara ke selatan provinsi ini. Panorama Pegunungan Gorontalo sangat menakjubkan. Gunung-gunung dan hutan adalah rumah-rumah bagi flora dan fauna unik. Namun tidak hanya flora dan fauna yang unik, kebudayaan Gorontalo juga terbilang sangat unik. Tradisi yang unik dan indah yang dimiliki oleh Provinsi Gorontalo antala lain adalah seni tari tradisional. Pada artikel kali ini, kita akan mengenal tarian daerah Gorontalo yang unik dan indah, antara lain Tari dana-dana, saronde, langga, tulude, elengge, tari tanam padi, sabe dan tari mopohuloo.
Berikut ini adalah penjelasan tari-tarian daerah tradisional dari Provinsi Gorontalo :

1. Tari Tradisional Gorontalo - "Tari Dana - Dana"

Tari dana-dana adalah tarian tradisi yang berasal dari Provinsi Gorontalo. Penamaan tari Dana-dana ini berasal dari bahasa daerah yaitu daya-dayango yang berarti menggerakkan seluruh anggota tubuh sambil berjalan.
Tari dana-dana merupakan tari pergaulan remaja gorontalo. Tarian ini dilakukan oleh 2 sampai 4 orang laki-laki. Tarian ini dimainkan dengan gerakan-gerakan yang dinamis dan lincah. Dalam tarian ini seluruh anggota badan harus bergerak sesuai dengan irama musik. Tarian ini diiringi oleh alat musik gambus dan rebana serta lagu berisi pantun yang bertema percintaan atau nasehat-nasehat yang bertemakan kehidupan remaja. Tarian dana-dana memang menggambarkan sosok remaja yang energik dengan gairah hidup yang besar, kehidupan dunia remaja dan keakraban pergaulan remaja.
Tarian dana-dana dari Gorontalo ini mulai dikenal seiring dengan masuknya pengaruh agama Islam ke Gorontalo. Pada tahun 1525 M, Tari Dana-Dana turut serta menyebarkan dakwah Islam di Gorontalo. Tarian ini dipentaskan pada saat pesta pernikahan Sultan Amay dan Putri Owotango. Tarian ini sebenarnya dibawakan secara berpasang-pasangan antara remaja laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, ketatnya ajaran Islam pada saat itu tidak mengijinkan laki-laki bisa dengan mudah menyentuh perempuan yang bukan muhrimnya sehingga tari dana-dana hanya dibawakan oleh kaum laki-laki saja.
Tari Dana-Dana terbagi menjadi dua fungsi yaitu tari penyambutan dan tari perayaaan. Tari penyambutan biasa ditampilkan pada saat penyambutan tamu sedangkan tari perayaan sendiri ditampilkan pada saat perayaan-perayaan hari besar atau perayaan adat. Tari dana-dana juga memiliki daya pikat tersendiri di bidang pariwisata. Tarian ini juga seringkali dipentaskan dalam rangkaian acara promosi pariwisata provinsi Gorontalo.
Tari Dana-dana salah satu tarian Gorontalo
Tarian Dana-Dana  ini terus berkembang seiring dengan perkembangan sosial yang ada. Kehidupan remaja masa kini sudah mengalami perubahan yang siginfikan. Oleh karena itu, tarian dana-dana yang notabene adalah tarian untuk para remaja juga terus mengalami modifikasi. Hal ini dimaksudkan agar tarian ini masih dapat diterima oleh remaja di masa kini. Saat ini tarian dana-dana telah mengalami beberapa modifikasi seperti misalnya dikolaborasikan dengan tari cha-cha. Tari dana-dana klasik adalah tarian yang masih mempertahankan keaslian gerakan, irama musik dan aspek lainnya sedangkan tari dana-dana modern adalah tarian yang sudah mengalami modifikasi atau pembaruan baik dari gerakan, musik dan aspek lainnya. Inilah yang membuat tari dana-dana terbagi ke dalam dua jenis yaitu tari dana-dana klasik dan tari dana-dana modern. Akan tetapi, modifikasi yang dilakukan pada tarian ini tetap tidak bertentangan dengan nilai moral dan nilai filosofis dari tarian ini.

2. Tari Tradisional Gorontalo - "Tari Polopalo"

Tari Polopalo dari Gorontalo
Tari Polopalo merupakan tari pergaulan yang berasal dari Provinsi Gorontalo. Polopalo sendiri merupakan sebuah alat musik tradisional yang berasal dari Gorontalo. Alat musik tradisional Polopalo merupakan alat musik jenis idiofon atau golongan alat musik yang sumber bunyinya diproleh dari badannya sendiri (M. Soeharto 1992 : 54), Dalam artian bahwa ketika Polopalo tersebut di pukul atau sebaliknya memperoleh pukulan, bunyinya akan dihasilkan dari proses bergetarnya seluruh tubuh Polopalo tersebut.
Adapun tarian Polopalu memang menggunakan properti yang berupa alat musik polopalo tersebut. Tari Tradisional dari Gorontalo ini, pada akhirnya mengalami banyak perkembangan, sehingga pada saat ini Tari Polopalo terbagi menjadi dua, yaitu tari polopalo tradisional dan tari polo palo modern.
Kedua tarian polo palo tradisional dan modern memiliki beberapa perbedaan, antara lain jumlah penarinya. Tari polo -" palo tradisional biasanya dimainkan oleh penari tunggal yang diringi oleh musik yang dimainkan sendiri atau solo. Selain itu tari polo - palo modern lebih sering ditampilkan secara berkelompok dengan iringan musik yang sudah diaransemen.
Pada tari polo -" palo tradisional pemukul tidak hanya dimainkan dengan cara memukulkannya pada alat musik tetapi juga pada bagian anggota penari khususnya lutut dengan irama yang beraturan. Sedangkan pada tari polo -" palo modern, pemukul hanya dipukulkan pada alat musiknya, tidak pada bagian tubuh.

3. Tari Tradisional Gorontalo - "Tari Saronde"

 Tari Saronde adalah tarian tradisional dari Provinsi Gorontalo. Tari Saronde ini adalah merupakan salah satu tarian tradisional masyarakat Gorontalo yang diangkat dari tradisi masyarakat Gorontalo saat malam pertunangan dalam rangkaian upacara perkawinan adat. Pada awalnya, tari saronde dilakukan oleh pengantin, demikian juga dengan orang yang diminta untuk menari ketika dikalungkan selendang oleh pengantin dan para penari dengan iringan musik rebana dan nyanyian vokal, diawali dengan tempo lambat yang semakin lama semakin cepat.
Dalam perkembangannya tari Saronde ditampilkan oleh para penari pria dan penari wanita yang menari dengan gerakan yang khas dan menggunakan seledang sebagai atribut menarinya. Akan tetapi selain menjadi bagian dari acara pernikahan adat, Tari Saronde juga sering ditampilkan dalam acara seperti penyambutan, pertunjukan seni, dan festival budaya.
Untuk gerakan dalam Tari Saronde biasanya lebih didominasi oleh gerakan mengayunkan kaki dan tangan ke depan secara bergantian. Penari juga sering memainkan selendangnya dengan berputar-putar. Selain dilakukan secara berpasangan, formasi penari pun sering berubah-ubah sehingga menggambarkan keceriaan dan kebahagian dari para penari.
Tari Saronde biasanya diiringi oleh iringan musik rebana dan nyanyian vokal. Lagu yang dinyanyikan untuk mengiringi tarian ini biasanya merupakan lagu khusus Tari Saronde. sedangkan tempo yang dimainkan dalam mengiringi tarian ini biasanya disesuaikan dengan lagu dan gerakan para penari.
Demikian Sobat tradisi, 3 tari tradisional Gorontalo yang bisa kami persembahkan untuk Sobat semua, semoga bermanfaat dan sampai berjumpa lagi pada artikel selanjutnya.
 
sumber :  http://www.tradisikita.my.id/2016/07/3-tari-tradisional-gorontalo.html
Share:

10 Tari Tradisional Jambi

Tari Tradisional Jambi | tradisikita.my.id - Provinsi Jambi merupakan provinsi yang berada di Pulau Sumatera. Penduduknya mayoritas adalah suku adat melayu. Seperti halnya penduduk melayu yang menetap di Provinsi lainnya di Indonesia, penduduk provinsi Jambi juga memiliki beragam tradisi dan adat istiadat. Tidak terkecuali dengan seni tari tarian daerah atau tari tradisional Jambi.
Tari Tradisional dari Jambi sangat beragam, dan kebanyakan memang bernuansa melayu. Sehingga tidak heran jika ada tarian yang mirip dengan tari dari provinsi lain. Sebut saja tari sekapur sirih Jambi yang bisa ditemui juga di Riau maupun Kepulauan Riau dengan nama tari makan sirih atau tari persembahan. Bahkan negara tetangga Malaysia juga memiliki tarian yang hampir mirip dengan itu. Walaupun mungkin saja namanya berbeda, tetapi tarian ini merupakan tarian ciptaan orang Indonesia.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai tari tradisional Jambi ini, mari kita simak penjelasan singkat 10 tari tradisional Jambi dibawah ini  :

1. Tari Tradisional Jambi -  Tari Sekaput Sirih


Tari Sekapur Sirih dari Jambi diciptaka pertama kali oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962. Kemudian pada tahun 1967, tari Sekapur Sirih ini ditata ulang oleh OK Hendri BBA (https://twitter.com/infojbi/status/13576226195120129. Firdaus Chatab sendiri memang terkenal sebagi seorang seniman multi talenta yang juga terkenal dengan lagu ciptaannya yang berjudul Rang Kayo Hitam.
Tarian Sekapur Sirih merupakan tari tradisional dari Provinsi Jambi yang dibawakan untuk menyambut kedatangan tamu kehormatan yang datang ke Jambi. Tarian Sekapur Sirih ini biasanya dilakukan oleh 12 orang penari terdiri dari 9 orang penari wanita serta 2 orang pria bertugas sebagai pembawa payung dan 1 orang pria sebagai pengawal.
Tarian Sekapur Sirih diiringi oleh musik tradisional khas melayu Jambi yaitu dari suara rebana, gambus, gendang, gong serta alat musik akordion dan biola. Sedangkan para penari Sekapur Sirih menggunakan kostum khas Jambi dengan membawa beberapa properti seperti Cerano (tempat sirih), keris serta payung.

2. Tari Tradisional Jambi -  Tari Selampit Delapan

Tari selampit delapan merupakan tari tradisional yang berasal dari Provinsi Jambi. Tari ini pertama kali diperkenalkan oleh M. Ceylon ketika bertugas pada Dinas Kebudayaan Provinsi Jambi pada tahun 1970-an. Pria kelahiran Padang Sidempuan 7 Juli 1941 ini memiliki bakat yang luar biasa dalam bidang kesenian, terutama seni tari. Sebagai pribadi yang baik, ramah, dan enerjik membuat dia mudah beradaptasi dengan budaya dan lingkungan setempat. Aktivitasnya yang lebih banyak bergulat dalam bidang kebudayaan menjadikan dirinya berhasil menangkap pesan terdalam dari pergaulan masyarakat yang kemudian diolah menjadi sebuah karya seni bernama Tari Selampit Delapan. 
Tari Selampit Delapan ini menggambarkan kekompakan, dan kekompakan itulah yang menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Tari Selampit Delapan terkandung sebuah pesan yang dalam tentang makna sebuah pergaulan, bahwa pergaulan yang baik dilandasi oleh keimanan, saling menghargai, dan berperilaku bijaksana. Tentunya pandangan ini tidak terlepas dari falsafah hidup masyarakat Jambi yang memegang teguh nilai-nilai keimanan sebagai landasan dalam setiap pergaulan. Tarian Selampit Delapan ini dibawakan oleh 8 orang penari (4 pasang muda mudi) yang masing-masing membawa kain. Kain yang mereka bawa diatur sedemikian rupa serasi dengan koreografi sehingga membantuk 1 ikatan yang kuat.
Dalam perkembangannya, tari selampit delapan tersebut kemudian ditetapkan menjadi salah satu tarian khas Provinsi Jambi. Tari Selampit Delapan ditampilkan pada acara-acara pesta adat, atau acara promosi budaya.

3. Tari Tradisional Jambi -  Tari Inai

Tari Inai adalah tarian tradisional yang bisa ditemui dalam keseharian tradisi masyarakat Kuala Jambi, Desa Teluk Majelis,  Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Tari Inai ini ditampilkan pada acara adat perkawinan. Gerakan dari tari inai berpola pada gerakan pencak silat yang merupakan salah satu olahraga bela diri dalam masyarakat Melayu pada umumnya.
Tari Inai ini diiringi oleh hendakan musik patam-patam yang merupakan iringin musik dari alat musik biola, akordion, serunai, gong dan hentakan kendang ronggeng.
Adapun fungsi dari tari inai ini adalah sebagai eksprtesi ritual yaitu menjaga calon mepelai wanita dari gangguan-gangguan supernatural yang berasal dari manusia atau makhluk halus. Selain itu tari inai dari Jambi ini memiliki fungsi sebagai ungkapan estetik dan hiburan.

Penari inai terdiri dari 5 atau 7 pasang penari yang memakai busana adat Melayu. Kepala ditutup dengan memakai peci dan mengenakan baju baju Gunting Cina atau baju Kecak Musang dan celana panjang longgar.  kemudian memakai sesamping yaitu kain sarung atau songket yang dibentuk segitiga atau sejajar dan diikatkan ke pinggang tepatnya di atas lutut. Properti yang digunakan pada tarian berfungsi sebagai pelengkap saja atau juga sebagai alat pendukung gerak tari tersebut.

4. Tari Tradisional Jambi -  Tari Tauh

Tari Tauh Jambi merupakan tarian tradisional yang menggambarkan pergaulan atau hubungan muda mudi. Tari Tauh Jambi ini sudah ada sejak zaman dahulu sampai sekarang, khususnya didaerah Lekok 50 Tumbi Lepur, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Bungo, Jambi.
Seperti halnya beberapa tari tradisional Jambi yang sudah kita kenal diatas, tari tauh ini dibawakan oleh beberapa penari secara berpasangan (4 orang penari wanita dan 4 orang penari pria) dengan menggunakan pakaian tradisi melayu.

Tari Tauh diiringi oleh musik tradisional Jambi yang dibunyikan dari alat musik  kalintang kayu, gong, gendang dan biola, dengan lagu pengiring krisnok dan pantun pantun anak muda.

Tari tauh ditampilkan pada acara-acara resmi yang diadakan pemerintah maupun masyarakat pada umum pada acara pesta perkawinan.

5. Tari Tradisional Jambi -  Tari Nitih Mahligai

Tari Nitih Mahligai adalah tari tradisional yang diadaptasi dari upacara adat masyarakat Kerinci yaitu "Niti Naik Mahligai". Tari Nitih Mahligai ini ditata oleh Epa Bramanti Putra.
Upacara Niti Naik Mahligai  sendiri adalah sebuah upacara yang dulu dilakukan untuk memilih pemimpin di kerajaan yang terdapat di Bukit Kaco, batas antara Kerinci dan Bungo.
Menurut penuturan Epa Bramanti Putra sebagai keturunan langsung Ratu Kerajaan Bukit Kaco, seseorang akan diangkat sebagai apabila sang calon telah melewati beberapa tahap seleksi yang  terdiri ;
-          meniti pecahan kaca
-          meniti berbagai macam duri tumbuhan
-          meniti bara api
-          meniti bambu runcing
-          meniti/masuk ke dalam api besar
-          meniti tanggu berayun
-          duduk di daun nyiru/awing-awang
Prosesi  Nitih Naik Mahligai ini diadaptasi menjadi sebuah pertunjukan. Sedangkan tarian nitih mahligai diiringi dengan beragam alat musik antara lain Gendang serta diiringi dengan lantunan ‘Nyahu’ (vocal) sang pawang, sedangkan penari bergerak mengikuti irama musik dengan gerakan tari Aseik.

6. Tari Tradisional Jambi - Tari Rangguk

Tari Rangguk adalah tarian tradisional yang berkembang di masyarakat Dusun Cupak, Kerinci yang ada di Provinsi Jambi. Rangguk berasal dari bahasa Kerinci Hulu, sedangkan sebagian masyarakat Jambi khususnya orang Sungai Penuh menyebutnya dengan kata "ranggok" dan orang Pulau Tengah menyebut dengan "rangguek". Kata rangguk diartikan berbeda-beda, ada yang mengatakan bahwa rangguk berarti tari, adapula yang mengatakan kata rangguk berasal dari kata uhang (orang) dan nganggok yang berarti mengangguk, sehingga dalam perkembangannya kata uhang ngaggok menjadi rangguk.
Pada mulanya tari rangguk hanya dilakukan oleh lelaki, biasanya pada sore hari sepulang bekerja sebagai sarana hiburan pelepas lelah. Akan tetapi setelah abad ke 20 kaum perempuan mulai melakukan tarian rangguk, walaupun terbatas pada anak-anak saja. Baru pada abad ke 50 perempuan dewasa ikut mementaskannya. 
Selaras dengan perkembangan tarian rangguk, fungsi tari rangguk sendiri memiliki perkembangan. Apabila semula tarian ini sebagai sarana hiburan dan pelepas lelah, saat ini tarian rangguk dipentaskan dalam rangka upacara penyambutan tamu. Para pemainnya berdiri (berbaris) sambil menggangguk-anggukan kepala kepada setiap tamu yang datang, melantunkan berbagai pantun selamat datang serta mengiringi tamu sampai pada tempat yang telah ditentukan (depan pintu balai desa). Adapun alat musik yang dipergunakan untuk mengiringi tarian rangguk adalah rebana.

7. Tari Tradisional Jambi - Tari Sekato

Tari Sekato adalah tarian daerah Jambi yang lahir hasil dari pengolahan tari yang ada di Jambi pada tahun 1992. Tari Sekato Jambi menggambarkan pasangan muda mudi yang sedang memadu kasih.

Tari Sekato ini ditata oleh Sri Purnama Syam. Dalam pementasannya Tari Sekato dari Jambi dibawakan oleh 8 orang penari putra dan putri secara  berpasangan. Para penari Sekato menggunakan kostum berupa baju gunting limo, celana panjang, kain samping, desta, baju kurung, celana panjang dan teratai. Selain menggunakan kostum / baju adat melayu, penari sekato juga menggunakan properti berupa kipas dan payung. Penggunaan properti kipas dan kayu ini memiliki arti sebagai senjata dan perlindungan diri.


Tari sekato diiringi musik dari gendang melayu, suling, rebana kecil, gong, beduk, kolintang perunggu. Gerakan yang dominan dari para penari Sekato Jambi ini adalah gerak lenggang, langkah tigo, langkah tak jadi dan buka ayun kipas.

8. Tari Tradisional Jambi - Tari Liang Asak

Tari liang asak adalah tari daerah Jambi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jambi yang sedang menugal menanam padi disawah yang dilakukan oleh bujang dan gadis. Tarian Liang Asak ini berasal dari Sarolangun, Kabupate Sarolangun, Provinsi Jambi
Yang dimaksud dengan liang asak menurut masyarakat Sarolangun adalah lobang-lobang kecil akibat ditugal sebagai tempat penaburan benih. Karena tari ini menggambarkan proses menugal dan menanam padi, maka judulnya diangkat dari salah satu hasil proses menugal.
Tari Liang Asak yang ditata oleh Elmawati dan Ali Tayib, ditampilkan oleh penari putra dan putri secara berpasangan, dengan jumlah penari 3 sampai dengan 5 orang pasangan. Adapun gerakan dari tari liang asak yang berasa dari Sarolangun Jambi ini menggabarkan proses menugal dan menanam padi sambil bersenda gurau  bersama pasangannya dengan type gerakan langkah tak jadi, zigzag, tudung awan dan nyilau.

Para penari mengenakan Kostum baju khas melayu yaitu penari putri memakai baju kurung, kain sarung dan topi penutup kepala. Sedangkan penari putra menggunakan busana baju teluk blango dan topi. Tari Liang Asak ini diiringi musik yang dimainkan antara lain gendang, biola, accordion dan gong. 

8. Tari Tradisional Jambi - Tari Serengkuh Dayung

Tari Serengkuh dayung adalah tarian daerah yang berasal dari Kota Jambi. Pencipta tarian ini belum diketahui, akan tetapi telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada tahun 1990.

 Tari Serengkuh Dayung menggambarkan perasaan searah setujuan dan rasa kebersamaan dalam segala hal. Tari serengkuh dayung ini dibawakan hanya oleh penari putri.

9. Tari Tradisional Jambi - Tari Rentak Kudo

Tari Rentak Kudo sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian khas budaya asli masyarakat Kerinci yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci, Jambi yang banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda.  Disamping itu tarian ini dibawakan dalam perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. 
Tarian Rentak Kudo ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh masyarakat Kerinci. 
Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu pernikahan

10. Tari Tradisional Jambi - Tari Kisan

Tari Kisan adalah tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Bangko, Provinsi Jambi. Pencipta tari kisan Jambi ini tidak dikenal akan tetapi tarian ini telah ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri tahun 1983.

Tarian Kisan ini menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh penari remaja putri.


Demikian Sobat tradisi, 10 tari tradisional Jambi yang bisa kita rangkum. Semoga akan menambah perbendaharaan pengetahuan sobat tentang tari daerah Indonesia.

sumber : http://www.tradisikita.my.id/2016/03/10-tari-tradisional-jambi.html
Share:

6 Tari Tradisional Yogyakarta

6 Tari Tradisional Yogyakarta | tradisikita.my.id - Yogyakarta!!! Siapa yang belum pernah berkunjung ke Kota Gudeg ini?? Hayoooo acungkan jari..heheheh. Malioboro, keraton Yogya, Pantai Parangtritis, Kaliurang ehm... apa lagi ya yang khas Yogyakarta? Tari Tradisional nya!!! Ada yang tahukah tari tradisional Yogyakarta?
Tarian daerah yogyakarta adalah salah satu yang khas dari Kota Pelajar ini Sobat. Rasanya kurang lengkap tradisikita.my.id jika belum mengupas mengenai jenis tari-tarian daerah dari Yogyakarta. Atau jangan-jangan adik-adik, kakak-kakak, dan Sobat setia tradisikita saat ini memang lagi bolak balik mencari artikel mengenai tari tradisional Yogyakarta ini? Langsung saja Sobat, dibawah ini kita akan segera mengenal 6 tarian tradisional Yogyakarta.

1. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Golek Ayun-Ayun

Tari Golek Ayun-ayun yang merupakan salah satu tarian tradisional Yogyakarta yang diciptakan oleh (Alm) KRT Sasmita Dipura (Romo Sas). 
Tarian ini ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan dan biasanya dibawakan oleh dua orang penari. Gerakannya sangat lembut dan penuh makna. seolah sang penari sedang bersolek. Gerakan yang lain juga memperlihatkan seolah ia tengah menyulam. 
Penari golek ayun-ayun mengenakan balutan baju beludru hitam serasi dipadankan dengan bawahan kain batik putih. Mahkota merak bersayap merah muda tambah mempercantik penampilan sang penari Tarian ini dapat disaksikan setiap hari Minggu di Pendapa (Bangsal) Sri Manganti, Keraton Jogjakarta dari pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB. Biasanya ada tiga jenis tarian yang ditampilkan. Tari Golek Ayun-ayun, Beksan Srikandi Suradewati dan Sendratari Arjuna Wiwaha.

2. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Beksan Srikandi Suradewati

Tari Beksan Srikandi Suradewati adalah tari tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang peperangan Dewi Suradewati dengan Dewi Srikandhi yang diambil dari serat Mahabaratha.

Suradewati adalah adik Prabhu Dasalengkara yang ingin menjadikan Dewi Siti Sendari sebagai istrinya, maka Suradewati diutus oleh kakaknya untuk melamarkan Dewi Siti Sendari untuknya. Pada kenyataannya Dewi Siti Sendari telah dijodohkan dengan Raden Abimanyu. Melihat kenyataan seperti ini, Suradewati tetap memaksa menyunting Dewi Siti Sendari, maka terjadilah perseteruan antara Suradewati melawan Dewi Srikandhi, yang membela Raden Abimanyu. Dalam peperangan, ternyata Dewi Srikandhi lebih unggul dan berakhir dengan kemenangannya.


3. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Arjuna Wiwaha


Tarian ArjunaWiwaha adalah salah satu tarian tradisional yang dipentaskan di Keraton Yogyakarta. Tari Arjuna Wiwaha menceritakan ketika Arjuna yang bertapa di Indrakila mengalami berbagai macam godaan.

Salah satu godaannya adalah ketika Ia diuji oleh para Dewa dengan mengirim tujuh orang bidadari yang diperintahkan untuk menggoda Arjuna agar gagal dalam pertapaannya. Namun karena keteguhan hatinya, para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang Brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi.

Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah Batara Siwa.

Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah oleh para Dewa dengan diperbolehkan mengawini tujuh bidadari ini.


4. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Langen Mandra Wanara


Langen Mandra Wanara adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang mempergunakan materi tari tradisi klasik gaya Yogyakarta. Drama tari yang menggambarkan banyak wanara (kera) dan berfungsi sebagai hiburan ini merupakan perkembangan dari drama tari yang telah ada, yaitu Langendriya yang bersumber dari Serat Damarwulan. Keduanya, baik Langendriya maupun Langen Mandra Wanara, disajikan dalam bentuk tari dengan posisi jengkeng atau jongkok1) disertai dengan dialog yang berupa tembang macapat. Bedanya, yang sekaligus merupakan perkembangannya, adalah lakon yang dibawakan. Jika lokan yang dibawakan dalam tari drama Langendriya bersumber dari ceritera yang lain, maka Langen Mandra Wanara bersumber dari cerita Ramayana, seperti: Subali Lena, Senggana Duta, Rahwana Gugur, dan lain sebagainya.

Untuk dapat mementaskan Langen Mandra Wanara dibutuhkan sekitar 45 orang yang terdiri dari 30 orang pemain, 13 orang penabuh gamelan, satu orang waranggana, dan satu orang dalang. Fungsi dalang adalah sebagai pengatur laku dan membantu para aktor dalam penyampaian cerita dengan melakukan suluk (monolog). Kostum dan make up yang dipakai selama pertunjukan mengikuti patron wayang kulit.
Pertunjukan Langen Mandra Wanara biasanya diadakan pada saat ada upacara-upacara, seperti perkawinan dan hari-hari besar lainnya. Pertunjukkan yang kurang lebih memakan waktu tujuh jam ini dilakukan pada malam hari dan biasanya bertempat di pendopo dengan penerangan lampu petromaks atau listrik. Pertunjukan Langen Mandro Wanara biasanya dilengkapi dengan alat musik gamelan Jawa lengkap (pelog dan selendro).


Kostum dan make up yang dipakai juga mengikuti patron wayang kulit. Dalam menyampaikan ceritera para pemain menggunakan dialog yang dilakukan dengan nembang (menyanyi) sedangkan aktivitasnya di panggung diwujudkan melalui tarian yang dilakukan dengan jengkeng (berdiri di atas lutut). Pertunjukan Langen Mondro Wanoro ini menggunakan konsep pentas yang berbentuk arena dan biasanya dilakukan di pendopo.Sebagai alat penerangan kini sudah dipergunakan petromak. Alat musik yang dipakai adalah gamelan Jawa lengkap yaitu pelog dan slendro, atau slendro saja. 

5. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Angguk

Kesenian Angguk merupakan satu dari sekian banyak jenis kesenian rakyat yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian angguk berbentuk tarian disertai dengan pantun-pantun rakyat yang berisi pelbagai aspek kehidupan manusia, seperti: pergaulan dalam hidup bermasyarakat, budi pekerti, nasihat-nasihat dan pendidikan. Dalam kesenian ini juga dibacakan atau dinyanyikan kalimat-kalimat yang ada dalam kitab Tlodo, yang walaupun bertuliskan huruf Arab, namun dilagukan dengan cengkok tembang Jawa. Nyanyian tersebut dinyanyikan secara bergantian antara penari dan pengiring tetabuhan. Selain itu, terdapat satu hal yang sangat menarik dalam kesenian ini, yaitu adanya pemain yang “ndadi” atau mengalami trance pada saat puncak pementasannya. Sebagian masyarakat Yogyakarta percaya bahwa penari angguk yang dapat “ndadi” ini memiliki “jimat” yang diperoleh dari juru-kunci pesarean Begelen, Purworejo.
Tarian yang disajikan dalam kesenian angguk terdiri dari dua jenis, yaitu: 
  • Tari ambyakan, adalah tari angguk yang dimainkan oleh banyak penari. Tarian ambyakan terdiri dari tiga macam yaitu: tari bakti, tari srokal dan tari penutup; dan
  • Tari pasangan, adalah tari angguk yang dimainkan secara berpasangan. Tari pasangan ini terdiri dari delapan macam, yaitu: tari mandaroka, tari kamudaan, tari cikalo ado, tari layung-layung, tari intik-intik, tari saya-cari, tari jalan-jalan, dan tari robisari.
Pada mulanya angguk hanya dimainkan oleh kaum laki-laki saja. Namun, dalam perkembangan selanjutnya tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Para pemain angguk ini mengenakan busana yang terdiri dari dua macam, yaitu busana yang dikenakan oleh kelompok penari dan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring. Busana yang dikenakan oleh kelompok penari mirip dengan busana prajurit Kompeni Belanda, yaitu: (1) baju berwarna hitam berlengan panjang yang dibagian dada dan punggunya diberi hiasan lipatan-lipatan kain kecil yang memanjang serta berkelok-kelok; (2) celana sepanjang lutut yang dihiasi pelet vertikal berwarna merah-putih di sisi luarnya; (3) topi berwarna hitam dengan pinggir topi diberi kain berwarna merah-putih dan kuning emas. Bagian depan topi ini memakai “jambul” yang terbuat dari rambut ekor kuda atau bulu-bulu; (4) selendang yang digunakan sebagai penyekat antara baju dan celana; (5) kacamata hitam; (6) kaos kaki selutut berwarna merah atau kuning; dan (7) rompi berwarna-warni. 
Sedangkan busana yang dikenakan oleh kelompok pengiring adalah: (1) baju biasa; (2) jas; (3) sarung; dan (4) kopiah.
Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari Angguk merupakan musik dari berbagai alat musik tradisional Yogyakarta diantaranya adalah: (1) kendang; (2) bedug; (3) tambur; (4) kencreng; (5) rebana 2 buah; (6) terbang besar dan (6) jedor.

6. Tari Tradisional Yogyakarta - Tari Golek Menak


Tari Golek Menak, merupakan jenis tarian klasik, gaya Keraton Yogyakarta. Tari Golek Menak, mengandung arti menarikan Wayang Golek Menak. Wayang Golek Menak, merupakan jenis wayang yang dibuat dari bahan kayu, yang memakai busana, layaknya manusia. Jenis wayang ini berkembang di Jawa Tengah Bagian Barat dan Jawa Barat. Tarian ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, insipiasi penciptaan diperoleh setelah Sri Sultan Hamengku Buwono IX melihat pentas Wayang Golek Menak di daerah eks-Karesidenan Kedu, Jawa Tengah bagian Barat.
Proses Penciptaan:
Inspirasi setelah melihat pentas wayang golek di daerah eks-Karesidenan Kedu. Pada tahun 1941 Pengerjaan oleh Tim yang dipimpin oleh KRT. Purboningrat, anggota 7 orang yaitu: KRT.Brongtodiningrat, Pangeran Suryo Brongto, KRT. Madukusumo, KRT. Wiradipraja, KRT. Marodipuro, RW.Hemdrowardowo, RW.Laras Sumbogo, RB. Kuswarogo.
Pagelaran yang pertama, menampilakan 3 karakter yaitu (1) Karakter putri, untuk Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli, (2) karakter putra, untuk Raden Maktal, (3) karakter gagah, untuk Prabu Dirgamaruta.
Tari Golek Menak ditampilkan dalam 2 tarian: (1) Perang antara Sudarawerti dengan Sirtupelaeli, (2) perang antara Prabu Dirgamaruta dengan Raden Maktal 
Tarian Golek Menak ini kemudian disempurnakan oleh lembaga seni tari yang ada di Yogyakarta, yaitu antara lain: (1) Siswo Among Rekso, (2)Pusat Latihan Tari Bagong Kusudihardjo, (3) Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), (4) Mardawa Budaya, (5) Paguyuban Surya Kencana, (6) Institut Seni Indonesia (ISI) 
Tarian ini menggunakan bahasa Bagongan, dan busana yang dipakai yakni busana wayang golek menak. 
Demikian Sobat tradisi, 6 tarian tradisional Yogyakarta yang bisa perkenalkan saat ini. Semoga bermanfaat ya...

sumber:  http://www.tradisikita.my.id/2016/10/6-tari-tradisional-yogyakarta.html
Share:

5 Tari Tradisional Banten

Tari Tradisional Banten - tradisikita.my.id. ~ Provinsi Banten yang terbentuk berdasarkan Undang Undang 23 Tahun 2000, merupakan pemekaran dari Provinsi Jawa Barat. Dibidang Seni dan Budaya, Provinsi Banten banyak kemiripan dengan provinsi Jawa Barat pada umumnya, namun demikian seiring perkembangan Provinsi Banten, banyak kebudayaan yang muncul menjadi ciri khas Provinsi yang saat ini dipimpin oleh Rano Karno. Salah satu ciri khas kabudayaan dari Provinsi Banten ini adalah Tari Tradisionalnya. Beberapa tarian tradisional dikembangkan oleh para koreografer dan seniman Banten. Dan berikut ini adalah beberapa seni tari tradisional Banten yang bisa Sobat ketahui tetap dari blog www.tradisikita.my.id

1. Tari Tradisional Banten - Tari Walijamaliha


Tari Walijamaliha adalah visualisasi perkenalan daerah Banten Yang sarat daya tarik, memiliki potensi alam berlimpah, bersejarah turunan kesultanan besar, serta memiliki derajat ketaatan agama yang tidak diragukan. Visualisasi Keragaman Budaya terdiri dari budaya Sunda, Jawa Serang, Etnis Cina, Arab dan India hidup berdampingan sebagai bukti kebersamaan dan kekompakan warganya dalam mambangun Banten.

Tari Walijamaliha sebagai tarian selamat datang dengan 6 adegan pokok adalah filosofis dari rukun iman terinspirasi dari bait-bait shalawat dalam kitab Barzanji.  Tarian Walijamaliha ini digagas oleh  Ibu Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE pada saat menjabat sebagai Gubernur Banten dan Ibu Hj. Egi Djanuiswati M.Sc selaku Kadisbudpar Provinsi Banten, dan direalisasikan oleh seniman-seniman Banten yang telah ditunjuk.

Kata Walijamaliha sendiri berasal dari Bahasa Arab yang bermakna daerah yang memiliki kecantikan atau daya tarik. Adapun tarian ini dibawakan oleh penari wanita dengan gerak yang ceria serta mengenakan kostum religi, hal ini mencerminkan karakter masyarakat Banten yang terbuka, riang, ramah, hangat dan enerjik dalam suasana yang agamis.

2. Tari Tradisional Banten - Tari Grebeg Terbang Gede

Tari Grebeg Terbang Gede adalah merupakan tari kreasi yang masih bercirikan Tradisi, yang  berpijak pada kesenian Terbang Gede atau Terbang Buhun dari Kota Serang dan dikolaborasikan dengan pencak silat khas Banten.

Kata Grebeg sendiri diambil dari kosa kata bahasa Jawa Banten , yang memiliki arti dirempug, sebagai simbol dari masyarakat Banten  yang  religius, ramah,  dan terbuka. Tarian Grebek Gerbang Gede dari Provinsi Banten ini merupakan salah satu tarian penyambutan bagi tamu agung yang berkunjung ke Provinsi Banten.

3. Tari Tradisional Banten - Tari Bendrong Lesung

Tari Bendrong Lesung adalah merupakan tari kreasi yang berpijak pada tradisi masyarakat Cilegon Banten yaitu Bedrong Lesung. Bedrong Lesung awalnya merupakan tradisi masyarakat Cilegon Banten dalam menyambut panen raya, akan tetapi seiring perkembangan lahirlah tarian Bedrong Lesung yang ditampilkan pada acara - acara perkawinan atau acara persemian.

Tarian ini menggunakan iringan musik tradisional dengan dipadukan suara lisung / lesung dari para penari

4. Tari Tradisional Banten - Tari Cokek

Tari Cokek adalah sebuah tarian tradisional dari daerah Tangerang Provinsi Banten yang dimainkan pertama kali sekitar abad ke-19. Ketika itu, tarian ini diperkenalkan oleh Tan Sio Kek, seorang tuan tanah Tionghoa di Tangerang yang sedang merayakan pesta. Dalam perayaan pesta itu, Tan Sio Kek mengundang beberapa orang ternama yang tinggal di Tangerang. Tan Sio Kek mengundang juga tiga orang musisi yang berasal dari daratan Cina. Ketika itu, para musisi Cina hadir sambil membawa beberapa buah alat musik dari negara asalnya. 
Salah satu alat musik yang mereka bawa yakni Rebab Dua Dawai. Atas permintaan Tan Sio Kek, musisi itu kemudian memainkan alat musik yang mereka bawa dari daratan Cina. Pada saat yang bersamaan, grup musik milik Tan Sio Kek juga memainkan beberapa alat musik tradisional dari daerah Tangerang, seperti seruling, gong serta kendang.
Lantunan nada dari perpaduan alat musik daratan Cina dan Tangerang itu kemudian dikenal dengan nama musik Gambang Kromong. Untuk meramaikan suasana pesta, Tan Sio Kek menghadirkan tiga orang wanita. Sesuai permintaan Tan Sio Kek, mereka menari mengikuti alunan musik yang dimainkan para musisi. Para tamu yang menghadiri pesta menyebut ketiga penari itu Cokek. Konon, Cokek merupakan sebutan bagi anak buah Tan Sio Kek. Sejak saat itulah, masyarakat Tangerang di provinsi Banten mulai mengenal nama tari Cokek

5. Tari Tradisional Banten - Tari Bentang Banten

Tari Bentang Banten adalah tari kreasi yang masih berpijak pada tradisi kebudayaan masyarakat Banten. Tari Bentang Banten dikembangkan oleh Sanggar Wanda Banten yang dipimpin oleh Beni Kusnandar S.Sn, M.Si dan istrinya Ibu Wiwin Purwinarti S.Sn.
Selain Tari Bentang Banten, beberapa tarian yang juga lahir dari kreatifitas Sanggar Tari Wanda Banten antara lain : Tari Ngerakse, Tari NGaji Diri, Tari Topeng Sembilan, Tari Dzalailan, Tari Dzalail Panggung Jati, Tari Ngeratib, Tari Ahlan Wasahlan, Tari Rampak Terbang Ciolang, Tari Ringkang Jawari, Debus dan masih banyak karya tari lainnya.
sumber: http://www.tradisikita.my.id/2016/02/5-tari-tradisional-banten.html
Share:

Blogger templates

musik

small rss seocips Music MP3
Ayo bro dengerin music ini !!!

mouse

Adventure Time - Lady Rainicorn

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support